Kabupaten Jombang mempunyai potensi cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan, hal ini  dapat dilihat dari populasi ternak yang ada.Pada akhir tahun 2018, populasi ternak sapi potong 69.670 ekor, sapi perah 5.689 ekor, kerbau  182 ekor, kuda 26 ekor kambing 96.557 ekor, domba 50.474 ekor dan unggas 15.476.945 ekor. Dengan populasi seperti tersebut diatas, sudah dapat dihitung berapa banyak limbah yang dihasilkan oleh ternak. 

Ternak ruminansa besar dapat mengeluarkan fases ±30 kg/ekor/hari, ternak ruminansia kecil ± 0,5 kg/ekor/hari sedangkan unggas ± 0,0033 kg/ekor/hari, dari data tersebut akan menjadi permasalahan yang cukup serius jika penanganan limbah ternak tidak ditangani dengan baik. 

Untuk menurunkan pencemaran limbah ternak, maka Dinas Peternakan Kabupaten Jombang bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu mengadakan pelatihan pembuatan pupuk cair dan pupuk padat bagi peternak kambing / domba. Jumlah Peserta pelatihan sebanyak 70 orang merupakan perwakilandari kecamatan se Kabupaten Jombang.Pelatihan pengolahan limbah ternak dilaksanakan pada bulan April 2019, dengan tujuan :

  1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peternak
  2. Meningkatkan nilai jual limbah ternak
  3. Meningkatkan pendapatan peternakan

Untuk mengetahui sejauhmana peserta tersebut dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan, yang didapat dari Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, maka Dinas Peternakan Kabupaten Jombang telahmelaksanakan evaluasi pasca pelatihan yang merupaka kelanjutan dari serangkaian kegiatan sebelumnya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama 15 hari mulai tanggal 22 Juli sampai dengan 09 Agustus 2019,dengan hasil sebaga berikut :

  1. Peserta yang sudah berhasil dalam pembuatan pupuk padat sebesar 20 % dengan total produksi ± 12,5 ton per musim atau sesuai dengan pesanan. Hasil produksi dipergunakan untuk memenuhi permintaan dalam dan luar kota, meliputi Pasuruan, Mojokerto dan Bojonegoro, dengan harga produk Rp 1.000  s/d Rp 1.250,00/kg . Kendala yang dihadapi oleh kelompok adalah :labeling dan packaging, sehingga proses pemasaran belum bisa dioptimalkan.
  2. Jumlah peserta yang sudah mempraktekkan cara pembuatan pupuk cair dari urine kambing masih relatif kecil ( sebanyak 6 % ), kondisi ini dikarenakan peternak masih belum terbiasa untuk memisahkan antara kotoran padat dan cair. 
  3. Jumlah Peserta yang sudah membuat pupuk padat setengah jadi sebesar 71 %, dengan total produksi 3 ton per musim.Hasil produksi masih di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok. dandipergunakan untuk pupuk buah-buahan dan sayuran.
  4. Jumlah Peserta yang belum membuat pupuk sebesar 9 %,kondisi ini dikarenakan belum ada kesempatan untuk mempraktekkan dan mengaplikasikan hasil pelatihan tersebut.

Dari hasil monev tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa masih dibutuhkan adanya pembinaan secara berkelanjutan pada kelompok kelompok pembuat pupuk organik, meliputi proses pengemasan, pemasaran serta dibutuhkan adanya koordinasi dengan OPD terkait.